Kamis, 10 November 2011

My Biodata

Hai kawan" dimanapun kalian berada.. Perkenalkan nama saya Agustina Nur Fauziah. Panggil saja saya Ziah.
Saya tinggal di kp. Maroko Ds. Mekarjaya Kec. Cihampelas Kab. Bandung Barat Prov. Jawa Barat . . Hehe :)
Saya lahir di Batujajar hari kamis tgl 29 agustus 1996. Sekarang saya kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 1 Batujajar yang sangat Meeewaaaaah dan sangat saya cintai . . Haha  :D
Hobi saya melukis, menyanyi, dan bermain air. Cita" saya adalah menjadi seorang pelukis yang terkenal walaupun tidak bisa melukis . . :p
Remaja dimanapun kalian berada, saya ingin banyak berbagi cerita bersama kalian . .
Ingin mempunyai banyak sahabat dan nihil musuh. .
Insyaallah saya baik hati dan tidak sombong. .
Rajin menabung dan juga rajin jajan. .
Tidak suka orang yang keras kepala dan pilih" teman..
Yang jelas saya suka berteman dengan siapa saja asalkan tidak menjerumuskan saya ke jurang kehinaan . .


Seni Drama Mamanda


Seni drama tradisional masyarakat Kutai disebut Mamanda. Istilah mamanda diduga berasal dari istilah pamanda atau paman. Kata tersebut dalam suatu lakon merupakan panggilan raja yang ditujukan kepada menteri, wajir atau mangkubuminya dengan sebutan pamanda menteri, pamanda wajir dan pamanda mangkubumi.
Karena seringnya kata pamanda diucapkan dalam setiap pementasan, maka istilah tersebut menjadi julukan bagi seni pertunjukan itu sendiri.
Seni drama tradisional Mamanda merupakan salah satu seni pertunjukan yang populer di Kutai di masa lalu. Kesenian ini selalu dipertunjukkan pada setiap perayaan nasional, pada acara perkawinan, khitanan dan sebagainya.
Mamanda merupakan salah satu jenis hiburan yang disenangi masyarakat. Mamanda dapat disejajarkan dengan seni Kethoprak dan Ludruk di Jawa. Jika jalan cerita yang disajikan dalam Mamanda adalah tentang sebuah kerajaan, maka pementasan Mamanda tersebut mirip dengan Kethoprak.
Namun jika yang dilakonkan adalah cerita rakyat biasa, maka pementasan Mamanda tersebut mirip dengan Ludruk. Dalam pementasannya, Mamanda selalu menggunakan dua jenis alat alat musik yakni Gendang dan Biola.
Kesenian ini sudah jarang dipentaskan secara terbuka. Namun pada Festival Erau di kota Tenggarong, kesenian Mamanda sering dipertunjukkan secara terbuka untuk mengisi salah satu mata acara hiburan rakyat. Sedangkan melalui media televisi lokal, kesenian Mamanda ditampilkan seminggu sekali.

SEKILAS TENTANG SENI DRAMA DAN TEATER

Kata drama berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi dan sebagainya: dan “drama” berarti: perbuatan, tindakan. Mengenai seni drama, terdapat beberapa pengertian yang mewakili arti dari drama itu sendiri. Pertama, drama adalah kualitas komunikasi, situasi, action (segala yang terlihat dalam pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (exciting), dan ketegangan pada pendengar dan penonton. Kedua, menurut Moulton, drama adalah “hidup yang dilukiskan dengan gerak” (life presen in action).
Terdapat berbagai jenis tafsiran orang yang mengartikan teater sebagai “gedung pertunjukan”, ada yang mengartikannya sebagai “panggung” (stage). Secara estimologis (asal kata), teater adalah gedung pertunjukan (auditorium). Dalam arti luas: teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Misalnya wayang orang, ketoprak, ludruk, srandul, membai, randai, mayong, arja, rangda, reog, lenong, topeng, dagelan, sulapan, akrobatik dan sebagainya. Dalam arti sempit: drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan media percakapan, gerak dan laku dengan atau tanpadekor (layer dan sebagainya), didasarkan pada naskah yang tertulis (hasil seni sastra) dengan atau tanpa musik, nyanyian dan tari.
Antara drama dan teater ini adalah bagian dari seni pertunjukan. Edi Setyawati berpendapat bahwa “seni pertunjukan adalah sesuatu yang berlaku dalam waktu. Suatu lokasi mempunyai artinya hanya pada waktu suatu pengungkapan seni berlangsung disitu. Hakekat seni pertunjukan adalah gerak, adalah perubahan keadaan. Karena itu substansinya terletak pada imajinasi-imajinasi serta prosesnya sekaligus. Suatu daya rangkum adalah sarananya, suatu cekaman rasa adalah tujuan seninya, keterampilan teknis adalah bahannya.
Menurut RMA. Harymawan, bahwa di Indonesia terdapat sejarah naskah dan pentas, antara lain:
  1. Sebelum Abad ke-20: tak ada naskah dan pentas. Yang ada ialah naskah-naskah cerita rakyat dan kisah-kisah yang turun-temurun disampaikan secara lisan oleh ayah kepada anak. Drama-drama rakyat, istana, keagamaan, di arena, di bawah atap atau lapangan terbuka
  2. Permulaan Abad ke-20: karena pengaruh drama barat dan cara pemanggungannya (staging), timbul bentuk-bentuk drama baru: komedi stambul/ istana/ bangsawan, tonil opera, wyang orang, ketoprak, ludruk dan lain-lain. Tidak menggunakan naskah (improvisatoris), tetapi menggunakan pentas: panggungnya berbingkai
  3. Zaman Pujangga Baru: muncul naskah drama asli yang dipakai oleh pementasan amatir. Rombongan professional tidak menggunakannya.
  4. Zaman Jepang: sensor Sendebu sangat keras, diharuskan menggunakan naskah. Rombongan professional terpaksa belajar membaca. Perkumpulan amatir tidak kaget karena terdiri atas kaum terpelajar. Bagi para professional merupakan kemajuan, namun sayang karena keinsyafan.
  5. Zaman Kini: rombongan professional membuang naskah kembali. Organisasi amatir setia pada naskah, sayang sering mengabaikan pengarang, penyadur atau penyalinnya.
Setelah kemerdekaan, muncul dimana-mana di seluruh pelosok tanah air perkumpulan drama amatir, baik itu kaum awam, setengah awam, maupun ahli. Sedangkan masalah mengenai drma akan berkisar pada hal-hal berikut: pertama, naskah. Pementasan yang berulang-ulang dirasa kurang adanya senthan repertoar asing. Maka naskah ditambah dengan bumbu repertoar asing dalam proses salinan dan saduran. Kedua, pemain: banyak pementasan yang mengalami kegagalan. Karena kurangnya latihan ataupun hanya ingin jual tampang plus minimnya usia dan pengalaman, menjadi hambatan bagi pementasan. Ketiga, stage: di Indonesia telah bermunculan pelbagai gedung-gedung pertunjukan. Di sini peran dari tempat teater akan menentukan watak pertunjukan itu sendiri. Keempat, penonton: masyarakat cukup mempunyai minat. Hal ini yang mendorong munculnya berbagai perkumpulan drama.

Sedangkan untuk bentuk-bentuk teater, antara lain:
  1. Yang lahir dalam lingkungan desa: kegiatannya yang terikat erat oleh persoalan kehidupan sehari-hari dalam desa, yaitu adat dan agama. Contoh: pada kehidupan teater Bali.
  2. Yang lahir di Keraton: pertunjukan dilakukan pada upacara-upacara tertentu dan para pelakunya adalah keluarga bangsawan.
  3. Yang tumbuh di kota-kota: ia lahir dari kebutuhan yang timbul dengan tumbuhnya kelompok-kelompok baru dalam masyarakat dan sebagai produk dari kebutuhan baru.
  4. Yang diberi predikat madern atau kontemporer: ia menampilkan peranan manusia bukan sebagai tipe namun sebagai individu.

Ragam Karya Seni Rupa Mancanegara


I. PERKEMBANGAN SENI
Perkembangan kesenian di seluruh dunia tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan masyarakatnya, tidak terkecuali dengan bentuk kesenian yang tumbuh dan berkembang di Indonesia.  Tema-tema yang menjiwai hasil karya seni maupun gaya penyajiannya, selalu berubah dan berkembang sesuai dengan perubahan yang terjadi di masyarakat dan kondisi lingkungannya.
Bentuk karya seni rupa, aliran-aliran seni rupa dan gaya penciptaan seniman terus berkembang.  Munculnya aliran romantisme (menonjolkan khayalan yang indah-indah saja) disebabkan karena kekecewaan masyarakat terhadap Napoleon.  Penemuan listrik dan teknologi mesin memunculkan banyak bentuk karya seni seperti aliran abstak, seni cetak sablon, desain komputer grafis dan sebagainya.  Jika ditinjau dari perkembangannya sejarah bentuk seni sekarang ini dapat dikelompokkan menjadi :
a. Perkembangan ilmu pengetahuan
-          Ditemukan atom dan nuklir
-          Orang mulai berpikir tentang konsep abstrak
-          Seniman berlomba-lomba menemukan sesuatu yang baru
b. Perkembangan kebebasan pribadi
-          Tercetusnya asas-asas demokrasi menambah kebebasan berekspresi seniman
-          Seniman mulai berani melakukan eksperimen terhadap bahan, media dan teknik
c. Perkembangan industri dan teknologi
-          Ditemukan mesin yang dapat menggandakan karya
-          Seniman dengan kreatifitas tinggi mendapat kedudukan tinggi di perusahaan untuk membuat desain
-          Kreatifitas seniman secara perseorangan menjadi ciri utama masa ini
-          Mengapresiasi karya mulai menggunakan media foto, televisi.
-          Pameran dan galeri seni mulai banyak bermunculan
d. Perkembangan tingkat apresiasi
-          Muncul kesepakatan tentang pengertian apresiasi
-          Karya seni tradisional (primitif) mendapat tempat yang baik karena dianggap sebagai karya seni dengan ekspresi yang murni
-          Muncul aliran seni rupa yang terinspirasi dari bentuk karya seni primitif seperti aliran kubisme
e. Reaksi masyarakat terhadap keadaan sekitarnya
-          Seniman mulai tidak merasa puas dengan ciptaannya dan terus mencari yang baru.
-          Karya yang diciptakan mulai meninggalkan aturan-aturan yang berlaku.
-          Kritikus seni mulai muncul dengan sikap pro dan kontra terhadap penyimpangan seniman dalam berkarya.
-          Seniman yang tahan terhadap kritikan menjadi lebih terkenal.

II. SENI RUPA INDONESIA
Seni rupa Indonesia sudah ada sejak jaman nenek moyang.  Tema, bentuk, media dan teknik yang digunakan terus berkembang.   Perkembangan seni rupa di Indonesia secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi :
a. Masa Prasejarah dan Tradisional
Tema-tema yang diambil biasanya hewan-hewan buruan, cerita pemburuan dan sebagainya dengan warna-warna sederhana yang diperoleh dari darah, bubuk tulang atau lumpur tanah.  Karya yang dibuat masih “anonim” yaitu tidak mewakili perseorangan.
Dengan masuknya Hindu-Budha, pola yang dibuat berkembang menjadi cerita-cerita keagamaan.  Kalian dapat melihat relief yang terdapat di sekeliling candi Borobudur.  Sedangkan pengaruh masuknya agama Islam adalah dikenalkannya bentuk wayang kulit sebagai bagian kebudayaan Indonesia.
b. Perintisan Modern Pertama
Masa ini dimulai sejak tahun 1800 an ketika seniman tradisi Indonesia mulai meninggalkan bentuk-bentuk lama.  Mereka mulai kreatif mencipta karya seni yang lepas dari kepercayaan.
Raden Saleh Syarif Bustaman (1807-1880) dianggap seniman Indonesia pertama yang berkesempatan belajar teknik modern dalam berkarya seni khususnya seni lukis.
c. Perintisan Modern Kedua
Masa ini dikenal dengan masa Indonesia Molek (Mooi Indie) karena tema-tema yang dibuat menampilkan suasana Indonesia yang digambarkan sangat indah, elok, hijau subur, makmur.  Bentuk-bentuk gunung, sawah, pohon kelapa dengan sungai yang jernih menjadi ciri khas masa ini.
d. Masa Pembaharuan Dasar (Kemerdekaan)
Muncul semangat Nasionalisme yang banyak berpengaruh pada tema dan gaya seniman waktu itu.  Karya-karya seni yang muncul sering digunakan sebagai alat atau sarana untuk memompa semangat juang para gerilya.
e. Masa Pendudukan Jepang
Pemerintah Jepang menyediakan lembaga untuk menampung kegiatan para seni-man.  Karena mereka ingin karya seniman Indonesia menjadi alat propaganda yang efektif dan membantu pemerintah dalam kekuasaannya.  Kelompok kesenian yang terkenal masa ini adalah Keimin Bhunka Sidhoso yang diketuai oleh Agus Jaya.
III. SENI RUPA BARAT
Seni rupa Barat sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan seni rupa di Indonesia, karena sejak lama seniman dari luar negeri datang ke Indonesia.  Mereka datang berkarya lalu menetap, berkeluarga dengan gadis Indonesia. Sehingga perlu juga kita mmepelajari perkembangan seni rupa Barat yang diawali dengan :
a. Seni Rupa Klasik
Tema-tema yang diambil biasanya bentuk dewa-dewa Yunani yang dibuat patungnya dengan proporsi yang sempurna.  Begitu juga dengan seni dua dimensinya, semua bentuk realis mirip dengan aslinya menjadi sesuatu yang wajib bagi seniman.  Namun jaman ini mulai surut sejak Kristen masuk Eropa.
b. Seni Rupa Klasik Baru
Dikenal dengan jaman Renaisance dengan tema agama yang sangat menonjol dan bentuk-bentuknya yang sangat realis. Pada jaman ini pulalah tercipta lukisan yang sangat terkenal yaitu Monalisa karya pelukis Leonardo Da Vinci.
c. Seni Rupa Barok
Berlaku aturan yang pasti mengenai karya seni yang baik dan tidak baik.  Jika sebuah karya menyimpang, maka dikatakan tidak artistik.  Masa Barok ini dikenal juga dengan nama masa Klasik Akademik karena banyak bermunculkan tempat-tempat pendidikan para calon seniman.  Tema yang banyak dipilih adalah tema keagamaan, kerajaan dan keluarganya.
IV. ALIRAN-ALIRAN SENI RUPA
Perkembangan serta gejolak yang terjadi di masyarakat secara sosial maupun politik mem-punyai pengaruh yang besar bagi seniman dalam berkarya.  Karena me-reka  berkarya dengan mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakan.  Sehingga dari waktu ke waktu konsep dan bentuk karya seni rupa yang diciptakan selalu be-rubah dan berkembang.  Berikut ini bebe-rapa aliran seni rupa dengan para tokoh atau pe-nganut alirannya :
a. Romantisme
Aliran yang memunculkan kisah-kisah dramatis kepahlawanan. Tokohnya antaralain Delacroix (Perancis) dan Raden Saleh (Indonesia).
b. Realisme
Aliran yang menampilkan karya dengan tema apa adanya sesuai dengan kenyataan dan bertolak dari perilaku manusia.  Merupakan bentuk ketidaksetujuan dengan aliran Romantisme. Tokohnya antaralain Gustave Coubert, Dullah dan Hendra (Indonesia).
c. Naturalisme
Hampir sama dengan aliran Realisme yang menggambarkan bentuk-bentuk alam nyata, bedanya aliran ini lebih menampilkan kenyataan yang indah-indah saja. Tokohnya Wahdi Sumanta, Basuki Abdullah dari Indonesia.
d. Impresionisme
Dikenal dengan paham lukisan cepat.  Karena aliran ini menangkap keindahan yang ada pada saat tertentu yang harus segera dipindahkan menjadi karya seni.  Setiap waktu berubah, maka keadaan ikut berubah dan keindahan yang tertangkap oleh penglihatan ikut berubah juga.  Sehingga paham ini tidak mementingkan detil melainkan kesan sesaat.  Tokohnya Monet dan Pissaro.
e. Pointilisme
Mengikuti aliran yang sudah ada yaitu impresionisme, tetapi dengan teknik yang berbeda yaitu dengan menggunakan titik-titik untuk menampilkan kesan yang dilihat mata.   Tokoh dalam aliran ini G. Seurat.
f. Ekspresionisme
Ungkapan kebebasan dan keberanian berekspresi terhadap bentuk, warna sangat kuat dalam aliran ini.  Tokohnya Affandi (Indonesia), Vincent Van Gogh.

g. Kubisme
Benda-benda yang menjadi obyek karyanya dibuat menjadi bentuk sederhana mirip bentuk-bentuk kubus.  Dibedakan menjadi kubisme analisis (obyek dipecah-pecah menjadi bentuk geometris) dan kubisme sintetik (bentuk geometris disusun menjadi obyek).  Tokohnyanya Pablo Picasso.
h. Surealisme
Paham adanya sesuatu yang nyata dan tidak nyata melatarbelakangi aliran ini yang menyukai gambaran alam mimpi yang imajinatif dan kadang menakjubkan.  Tokohnya Salvador Dali.
SUMBER : http://mgmpseni.wordpress.com